Kamis, 16 Juni 2011

ANALISA KONTRASTIF PENGANDAIAN BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA INGG

PENDAHULUAN
Analisa kontrastif ádalah analisa yang digunakan dalam mencari suatu perbedaan yang sering membuat pembelajar bahasa kedua mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi bahasa.[1] Dengan adanya analisa kontrastif ini diharapkan dapat memahami  bahasa kedua atau bahasa asing dengan lebih mudah.
Pada dasarnya analisa kontrastif dapat dibedakan dalam beberapa bagian. Secara gramatikal atau struktural, dan sintaksis. Untuk analisa gramatikal yaitu analisa yang berdasar pada tata bahasa dari masing-masing bahasa pertama dan kedua, analisa sintaksis adalah analisa yang berdasar pada asal kata atau bagaimana memaknai statu bahasa dan analisa pragmatik adalah analisa yang berdasar pada penggunaan bahasa tersebut baik secara formal maupun informal.
Dengan adanya analisa tersebut diatas diharapkan pengajar ataupun pembelajar bahasa dapat lebih mudah dalam belajar bahasa dan tidak mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dengan adanya tulisan ini, diharapkan penulis dapat lebih memahami tentang manfaat analisa kontrastif dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar bahasa Inggris. Selain itu, diharapkan para pembaca dapat memanfaatkan tulisan ini sebagai bahan bacaan untuk meminimalisasi perbedaan yang terjadi dan bagaimana memahami salah satu aspek bahasa kedua atau bahasa asing dengan lebih mudah.
A. Latar Belakang
Berdasar pada kurikulum KTSP 2006, pengajaran Bahasa Inggris untuk SMA mencakup 4 keterampilan bahasa yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan  menulis (writing).[2] Untuk pengajaran tata bahasa atau grammar tidak secara tersurat tercakup dalam kurikulum tersebut. Meskipun demikian, pengajaran grammar menjadi suatu kesatuan dalam pengajaran keempat keterampilan bahasa seperti yang telah tertulis di atas.
Pengajaran Bahasa Inggris tidak lepas dari pengajaran tata bahasa atau disebut juga dengan grammar. Meskipun terkadang menjadi polemik bagi pengajar apakah masih perlu mengajar tata bahasa pada aspek pengajaran bahasa Inggris. Dengan kesan yang monoton, pengajaran grammar ini menjadi tidak menarik, baik bagi siswa maupun guru. Beberapa guru mencoba dengan berbagai teknik dalam pengajaran grammar ini, tetapi masih saja mengalami kesulitan dalam memberi pemahaman kepada siswa.
Salah satu materi grammar yang sangat sulit dipahami oleh siswa adalah pengandaian (conditional sentence). Dari sekolah dasar, siswa telah diajarkan pengandaian ini dan terus berulang sampai mereka menapak jenjang sekolah menengah atas dengan derajat dan tingkat yang lebih tinggi. Guru harus mengulang setiap mengajarkan pengandaian di tingkat awal setiap kali akan mengajarkan pensyaratan di tingkat lebih tinggi. Demikian kejadian ini terus berulang. Mengapa terjadi demikian?
Dalam makalah ini diulas dan akan diteliti penyebab terjadinya kesulitan belajar dalam memahami grammar khususnya pengandaian  atau conditional sentence Bahasa Inggris sebagai bahasa asing dengan perbandingan pengandaian di dalam Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama. Dengan demikian diharapkan akan memberikan suatu kemudahan dalam mengajar dan memberi pemahaman tentang pengandaian atau conditional sentence  Bahasa Inggris di dalam kelas dan berdampak pada pemanfaatan bahasa asing untuk komunikasi baik lisan maupun tertulis.
B. Masalah Penelitian
Penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
(1)   Bagaimana kalimat pengandaian dalam Bahasa Indonesia?
(2)   Bagaimana kalimat pengandaian dalam Bahasa Inggris?
(3)   Bagaimana perbandingan kalimat pengandaian dalam Bahasa
      Indonesia dan  Bahasa Inggris?
C. Pembatasan Masalah
      Dalam penelitian ini penulis membatasi kajian penelitian dengan berfokus pada kalimat-kalimat yang ada dalam buku Understanding and Using English Grammar karangan Betty Schrampfer Azar dan Penggunaan Preposisi dan Konjungsi dalam Bahasa Indonesia karangan Abdul Chaer serta Tata Bahasa Indonesia karangan Gorys Keraf.
D. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana tingkat perbandingan kalimat pengandaian pada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tingkat perbandingan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat dijadikan acuan bagi pengajaran Bahasa Inggris pada umumnya dan khususnya berkaitan dengan kalimat pengandaian. Manfaat yang dimaksud adalah:
 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model penelitian guna meningkatkan keterampilan berbahasa, khususnya yang berkaitan dengan kalimat pengandaian dalam bahasa Inggris.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan oleh pengajar bahasa dalam menentukan model pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengajaran di kelas, khususnya kalimat pengandaian.
3. Penelitian ini diharapkan pula dapat membuka wawasan penulis dan mahasiswa lain pada pengetahuan Bahasa Inggris khususnya tentang kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu pendidikan bahasa terutama pada aspek pengajaran grammar atau tata bahasa khususnya kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Landasan Teori
A. Analisis Kontrastif
     Prinsip-Prinsip Dasar Analisis Kontrastif
     Menurut Halliday terdapat dua prinsip pada analisis kontrastif, yaitu memerikan sebelum membandingkan dan membandingkan pola-pola tertentu dan bukan bahasa secara keseluruhan.
Pada prinsip pertama kita tidak dapat membandingkan cara kerja sejumlah bahasa sebelum kita memerikan cara kerja masing–masing bahasa itu. Jika kita ingin menggunakan bahasa ibu sebagai bahan perbandingan dalam mempelajari bahasa asing, kita tidak cukup hanya bisa berbahasa ibu tetapi kita juga harus menguasai bahasa yang akan kita bandingkan itu.
Pada prinsip kedua, kita tidak dapat membandingkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris secara keseluruhan. Yang dapat diperbandingkan adalah salah satu atau beberapa unsur atau pola yang terdapat pada masing-masing bahasa pengandaian yang dibandingkan. Dan kita tidak dapat menarik kesimpulan dari kedua perbandingan ini karena setiap pola perbandingan dibahas secara terpisah. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, yang membandingkan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.  [3]
Tahap-Tahap Analisis Kontrastif
Dalam setiap perbandingan kita mengikuti tiga tahapan Anakon berikut ini:
a. Mendeskripsikan ciri-ciri yang akan diperbandingkan dari masing-masing bahasa, yaitu memaparkan pokok bahasan secara menyeluruh yang mencakup hal arti, fungsi dan atribut dari ciri-ciri tersebut.[4]
b.Memastikan bahwa ciri-ciri tersebut dapat dibandingkan. Untuk itu sebelumnya harus dapat diperlihatkan padanan kontekstualnya yang memungkinkan ciri itu dapat dibandingkan. Tetapi bila padanan struktur itu tidak muncul dalam terjemahan maka ciri-ciri itu tidak perlu diperbandingkan.[5]
c. Setelah ciri-ciri yang akan diperbandingkan dipaparkan atau dideskripsikan dan telah jelas bahwa ciri itu dapat diperbandingkan maka langkah selanjutnya adalah membandingkan ciri-ciri dari kedua bahasa itu dengan melihat persamaan dan perbedaan didalamnya.
B.Pengandaian dalam Bahasa Indonesia
Menurut Gorys Keraf, pengandaian dalam bahasa Indonesia ditandai dengan adanya kata penghubung atau conjunction yaitu jika, andaikata, asal, asalkan, jikalau, sekiranya, dan seandainya.[6]
Terdapat dua makna pengandaian di dalam bahasa Indonesia, yaitu sebagai persyaratan dan pengandaian. Pengandaian mempunyai makna syarat bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti. Secara jelas hubungan ini ditandai dengan kata penghubung jika, apabila, kalau, asalkan, asal, manakala dan jikalau. Sebagai contoh adalah kalimat berikut ini:
(1)   Kemauan untuk hidup ini akan ada jika di dalam diri seseorang ada perasaan bahwa dia dibutuhkan oleh lingkungannya.
Kalimat diatas terdiri dari tiga klausa yaitu 1) kemauan untuk hidup ini akan ada  sebagai klausa inti , 2) di dalam diri seseorang ada perasaan, 3) dia dibutuhkan oleh lingkungannya. Klausa 2 dan kausa 3 merupakan klausa bawahan yang menyatakan ‘syarat’ bagi terlaksananya apa yang tersebut pada klausa inti.
Contoh pada kalimat lain adalah:
(2)   Apabila hal itu terjadi juga, aku akan mencelanya di depan siapa saja tanpa mempedulikan kesopanan bahasa.
(3)   Aku hanya dapat berjumpa dengan mereka pada waktu-waktu libur sekolah atau pada hari Sabtu dan Minggu bila mereka tidak mendapat hukuman.
(4)   Bilamana hujan turun agak lebat, daerah itu tentu tergenang air.
(5)   Jikalau aku dapat lulus dari SMA, aku akan melanjutkan pelajaranku ke Fakultas Sastra.
Hubungan makna pensyaratan sebagai pengandaian  terjadi apabila klausa bawahan menyatakan suatu andaian, suatu syarat yang tidak mungkin terlaksana bagi klausa inti sehingga apa yang dinyatakan oleh klausa inti juga tidak mungkin terlaksana. Pengandaian ini ditandai dengan adanya kata-kata seperti andaikan, andaikata, seandainya, sekiranya, dan seumpama.
Beberapa kalimat di bawah ini merupakan contoh dari kalimat pensyaratan yang merupakan pengandaian dalam bahasa Indonesia.
(1)               Andaikan gadis itu tidak suka padamu, engkau harus menjamin dia kecuali bila ia berkeberatan.
(2)               Andaikata nona maju ke pengadilan, tentu perkara ini akan disidangkan dan tentu perhatian pers dan publik yang sudah mereda itu akan hangat kembali.
(3)               Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak akan mendapat uang sedemikian banyaknya.
(4)               Aku tidak dapat memikirkan apa yang akan terjadi seumpama dia tidak ada disana.
Ditambahkan menurut Abdul Chaer, konjungsi andaikata mempunyai fungsi untuk menggabungkan menyatakan syarat untuk diandaikan di depan klausa yang menjadi anak kalimat dari suatu kalimat majemuk bertingkat.[7]
Contoh :
1.      Andaikata kamu tidak datang, saya akan menggantikan kamu memimpin rapat ini.
2.      Saya akan membelikan kamu sebuah mobil baru andaikata saya Menang  lotre 100 juta.
3.      Generasi mendatang tidak akan mengenal cómodo andaikata binatang langka itu tidak dilindungi.
Secara fungsional andaikata sama dengan kata penghubung kalau dan jika, tetapi secara semantik berbeda. Kalau dan jika menyatakan syarat yang harus dipenuhi sedangkan andaikata menyatakan syarat yang diandaikan dan tidak selalu dipenuhi.
Secara agak bebas dapat digunakan kata penghubung andaikan dan seandainya dengan fungsi dan arti yang sama dengan kata penghubung andaikata.
C. Pengandaian dalam Bahasa Inggris
Dalam Bahasa Inggris, menurut Azar, pengandaian atau disebut juga dengan Conditional Sentence memiliki tiga macam, yaitu 1) pengandaian yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini atau masa yang akan datang, 2) pengandaian yang tidak benar di masa kini atau masa datang, 3) pengandaian yang tidak benar di masa lalu. Penggunaan pengandaian ini memiliki penggunaan dan syarat-syarat tertentu.[8]
1.      Pengandaian yang digunakan untuk kejadian benar pada masa kini dan masa akan datang
Terdapat syarat-syarat dalam menggunakan pengandaian jenis ini, yaitu:
a.      Kalimat pengandaian jenis ini digunakan untuk mengandaikan kegiatan rutin atau pada situasi yang rutin.
b.      Digunakan untuk memperkirakan falta yang akan terjadi di masa kini atau masa akan datang.
c.      Menggunakan bentuk simple present yakni:
If + subyek +kata kerja 1+obyek, subyek +will + kata verja 1
Contoh :
If I don’t eat breakfast, I will always get hungry during class
(Jika saya tidak makan pagi, saya akan lapar selama ada di kelas).
If the weather is nice tomorrow, we will go on a picnic.
(Jika cuaca cerah besok, kita akan pergi bertamasya).
2.      Pengandaian yang digunakan untuk kejadian yang tidak terjadi pada saat kini dan masa akan datang.
Kalimat Pengandaian ini digunakan untuk mengekspresikan bahwa sesuatu terjadi dengan sebaliknya atau berlawanan dengan kenyataannya dan digunakan pada masa kini dan akan datang.
Bentuk dari kalimat pengandaian ini adalah:
If + subyek+kata kerja 2, subyek+would+kata kerja 1
Contoh kalimat:
If I taught this class, I wouldn’t give tests.
(Jika saya mengajar kelas ini, saya tidak akan memebrikan tes, kenyataannya saya tidak mengajar kelas ini).
If I were you, I would accept their invitation.
( Jika saya menjadi anda, saya akan menerima undangan itu , kenyataannya adalah saya bukanlah anda sehingga saya tidak menerima undangan itu).
3.      Pengandaian yang digunakan untuk kejadian yang tidak benar (berlawanan dengan kenyataan) di masa lalu.
Kalimat ini digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang tidak pernah terjadi di masa lampau. Rumus kalimat ini adalah :
If +subyek +had + kata kerja 3, subyek+ would+have+kata kerja 3
Contoh dalam kalimat adalah:
If you had told me about the problem, I would have helped you.
(jika anda mengatakan masalah itu, saya akan membantu anda,  kenyataannya bahwa anda tidak mengatakan masalah itu dan saya tidak akan membantu anda).
If they had studied, they would have passed the exam.
(jika mereka belajar, mereka akan lulus ujian itu, kenyataannya bahwa mereka tidak belajar dan mereka tidak lulus ujian).
METODOLOGI PENELITIAN
 A.     Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang perbandingan kalimat pengandaian pada bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
B.    Obyek Penelitian
            Contoh kalimat bahasa Inggris dalam buku Understanding and Using English Grammar karangan Betty Schrampfer Azar dan dipadankan dengan Penggunaan Preposisi dan Konjungsi dalam Bahasa Indonesia karangan Abdul Chaer serta Tata Bahasa Indonesia karangan Gorys Keraf.
 C.    Fokus dan Sub Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kalimat bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang mengandung  pengandaian. Sub fokus pada penelitian ini adalah:
1.      Pengandaian pada bahasa Indonesia
2.      Pengandaian pada bahasa Inggris
3.      Perbandingan pengandaian pada bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
D.    Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan kualitatif dengan teknik analisis descriptive analysis dengan pendekatan analisis kontrastif.
E.     Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini tidak terikat dengan tempat khusus karena penelitian ini adalah content anlaysis. Waktu penelitian adalah 24 November 2007.
F.     Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa proses. Pertama, membaca buku tata bahasa Indonesia dan Enlish Grammar. Kedua, membaca buku, data internet, jurnal, yang berhubungan dengan obyek penelitian terutama yang berhubungan dengan kalimat pengandaian. Demikian juga dengan buku sintaksis dan analisis kontrastif yang menjelaskan tentang kalimat pengandaian di bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
G.    Teknik Analisis Data
Data dianalisis secara kualitatif. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mencakup:
i.                    pengumpulan data
ii.                  reduksi data
iii.                penafsiran data
iv.                 penarikan kesimpulan
METODOLOGI PENELITIA
Analisa Kontrastif Pengandaian  Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dalam Perspektif  Struktural
     Secara struktural, kalimat pengandaian memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah terdapat pada kata-kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian sedangkan perbedaannya adalah dalam bahasa Indonesia hanya terdapat satu jenis pengandaian dan dalam bahasa Inggris terdapat tiga macam pengandaian yang sangat bergantung pada waktu pengucapan.
Pengandaian dalam Bahasa Indonesia hanya memiliki satu syarat dalam pembuatan kalimatnya. Secara tata bahasa Bahasa Indonesia hanya menggunakan kata-kata jika, seandainya, andaikata, jikalau, sekiranya, asalkan, apabila, dan manakala. Dalam bahasa Inggris kata-kata di atas hanya ditandai dengan adanya kata ’if’  yang memiliki arti yang sama dengan kata ’jika’ atau ’seandainya’. Jadi terdapat persamaan kalimat pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian ini, dalam Bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya, seumpama, dan apabila, sedangkan dalam Bahasa Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat kalimat pengandaian ini.
Perbedaannya adalah dalam Bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan waktu pengucapan.  Seperti contoh berikut ini:
Saya akan membelikan mobil baru jika saya dapat lotere 100 juta.
Kalimat pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan sekarang (present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past).
Dalam bahasa Inggris kalimat diatas harus dilihat waktu dalam mengucapkannya.
I will buy a new car for you, if I get lottery 100 millions (sekarang dan masa depan, tetapi hal ini merupakan kejadian yang benarbenar terjadi).
I would have bought a new car for you, if I had got a lottery 100 millions. ( masa lalu, kejadian ini adalah tidak benar terjadi di masa lalu).
Dengan contoh diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan dalam menggunakan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan dalam Bahasa Inggris.
Meskipun demikian terdapat perbedaan dalam penggunaan kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Yaitu berhubungan dengan masalah waktu. Dalam bahasa Indonesia, tidak mengena adanya waktu pemakaian.semuanya sama meskipun digunakan dalam masa kini, masa depan, maupun masa lalu.tidak terdapat perubahan dalam kata kerjanya. Jika terjadi perubahan waktu maka kalimat pengandaiannya akan ditambahkan kata keterangan waktu. Sebagai misal adalah:
Jikalau aku dapat lulus dari SMA tahun depan, aku akan melanjutkan pelajaranku ke Fakultas Sastra.
Maka Bahasa Inggrisnya adalah:
If I graduate from senior high school next year, I will continue my study to literature faculty.
Jika waktu pengucapannya diubah pada masa lalu maka terjadi perubahan pada kalimatnya, menjadi:
Jikalau aku dapat lulus dari SMA tahun lalu, aku akan melanjutkan pelajaranku ke Fakultas Sastra.
Maka bahasa Inggrisnya adalah:
If I graduated from senior high school last year, I would continue my study to literature faculty.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan kata kerja yaitu:
Lulus tahun depan : graduate
Lulus tahun lalu  : graduated
Perubahan yang kedua adalah adanya perubahan will (masa depan) menjadi would (masa lalu).
KESIMPULAN
 Seperti dalam bahasa Indonesia, Bahasa Inggris pun terdapat kalimat pengandaian. Kalimat pengandaian ini digunakan untuk mengutarakan suatu kejadian yang tidak terjadi dalam kenyataannya.
Setelah dianalisis dan dicari padanan dan perbandingannya dalam kalimat pengandaian dalam bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, penulis telah menemukan persamaan dan perbedaan yang ada. Baik persamaan maupun perbedaannya dapat dilihat secara struktural maupun secara pragmatis.
Secara struktural terdapat persamaan kalimat pengandaian dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yaitu dengan adanya kata khusus yang digunakan dalam kalimat pengandaian ini, dalam Bahasa Indonesia menggunakan jika, seandainya, seumpama, dan apabila, sedangkan dalam Bahasa Inggris menggunakan kata’if’ dalam membuat kalimat pengandaian ini. Sedangkan perbedaannya adalah dalam Bahasa Indonesia tidak mengenal perbedaan waktu pengucapan.  Kalimat pengandaian diatas ini diucapkan sama meskipun kalimat ini diucapkan sekarang (present), masa depan (future), ataupun masa lalu (past). Dikarenakan perbedaan waktu maka kata kerja yang digunakan dalam masing-masing tenses berbeda, sedangkan dalam bahasa Indonesia tidak ada perbedaan kata kerja.
 Daftar Pustaka
Azar, Betty Schrampfer. Understanding and Using English Grammar. Jakarta,
          Binarupa Aksara, 1993
Chaer, Abdul, Penggunaan Preposisi dan Konjungsi dalam Bahasa Indonesia.
          Jakarta, IKIP. 1984
Halliday, M.A.K.The Linguistic Sciences and Language Teaching.
          Bloomington:Indiana University Press, 1970.
James, Carl. Errors in Language Learning and Use. England:Longman, 1998
Keraf , Gorys. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1991
KTSP 2006 bahasa Inggris, Departemen Pendidikan Nasional 2006.
Lado, Robert .Linguistic Across Culture. Michigan : University of Michigan Press,
            1964.

[1] Carl James. Errors in Language Learning and Use. (England: Longman, 1998) hal . 1
[2] KTSP 2006 bahasa Inggris, Departemen Pendidikan Nasional 2006.
[3] M.A.K. Halliday.The Linguistic Sciences and Language Teaching. (Bloomington:Indiana University Press, 1970) hal. 113
[4] Robert Lado.Linguistic Across Culture. (Michigan : University of Michigan Press, 1964). Hal.67
[5] M.A.K. Halliday.The Linguistic Sciences and Language Teaching. (Bloomington:Indiana University Press, 1970) hal. 114
[6] Gorys Keraf. Tata Bahasa Indonesia. (Jakarta, Nusa Indah, 1991). Hal 41.
[7] Abdul Chaer.Penggunaan Preposisi dan Konjungsi dalam Bahasa Indonesia. Jakarta, IKIP. 1984 .hal 79-80.
[8] Betty Schrampfer Azar. Understanding and Using English Grammar. (Jakarta, Binarupa Aksara, 1993). Hal 347-349.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar